Aksi kemanusiaan menjadi sebuah kewajiban untuk membantu manusia lainnya yang sedang mengalami kesulitan.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohammad Tonny Harjono menyatakan.
Tujuan donor darah yang utama bukan soal menerima penghargaan, melainkan untuk mewujudkan Indonesia sehat.
Hal tersebut disampaikan Tonny usai menerima penghargaan satyalancana kebaktian sosial dari Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin di Jakarta, Senin.
Penghargaan tersebut diperoleh karena telah mendonorkan darah lebih dari 100 kali.
“Saya mewakili rekan-rekan pendonor yang menerima penghargaan, ini sebetulnya bukan tujuan utama.
Kami disebut sebagai pejuang kemanusiaan lebih ingin mendermakan darah kami.
Dengan membantu sesama supaya Indonesia lebih sehat, membantu masyarakat yang sakit, dan bisa segera sembuh,” katanya.
Tonny mengisahkan, ia kehilangan orang yang dicintainya akibat kanker dan sempat beberapa kali kekurangan darah.
“Saya setiap ada kegiatan di satuan selalu ada donor darah. Kalau saya pribadi, sebetulnya ini adalah masalah pribadi.
Tahun 2014 orang yang saya cintai meninggal karena dia berjuang melawan kanker dan pernah beberapa kali kekurangan darah saat itu,” paparnya.
Karena itu, ia bertekad untuk terus mendonorkan darahnya selagi sehat agar tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang kesulitan mencari transfusi darah.
“Takdir berkata lain, orang yang saya cintai meninggal, sejak saat itu saya berjanji setiap saya bisa mendonorkan darah.
Saya akan memberikan darah saya kepada orang yang membutuhkan, karena saya tidak mau orang kesulitan mencari darah,” katanya.
Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin memberikan penghargaan satyalancana kebaktian sosial kepada 1.591 masyarakat yang mendonorkan darahnya secara sukarela lebih dari 100 kali hari ini.
Pendonor sukarela berasal dari 26 provinsi, yakni Sumatera Utara (lima orang), Sumatera Barat (28 orang), Sumatera Selatan (36 orang).
Kepulauan Riau (dua orang), Riau (10 orang), Lampung (10 orang), Kalimantan Barat (15 orang), Kalimantan Timur (23 orang).
Kalimantan Selatan (10 orang), Kalimantan Tengah (empat orang), dan Kepulauan Bangka Belitung (13 orang).
Kemudian, Jakarta (280 orang), DI Yogyakarta (23 orang), Banten (46 orang), Jawa Barat (163 orang), Jawa Tengah (208 orang), Jawa Timur (627 orang).
Bali (25 orang), Nusa Tenggara Barat (10 orang), Nusa Tenggara Timur (enam orang) Sulawesi Utara (tujuh orang), Sulawesi Selatan (26 orang), Aceh (lima orang), Gorontalo (satu orang), Jambi (tiga orang), serta Papua (lima orang).