Menjadi tenaga Kerja Indonesia memang sangat sulit dilakukan oleh seseorang yang tidak bisa jauh dari keluarga.
Namun kondisi ekonomi sering menjadi salah satu alasan seseorang untuk mencari nafkah ke luar negeri.
Berikut sepercik kisah seorang Tenaga Kerja Indonesia yang sedang mengalami rindu kepada keluarga di kampung.
Dia tetap melayani dengan hati dan merawat dengan segenap kesungguhan, para orang–orang tua yang notabene juga diabaikan oleh anak–anak mereka sendiri.
Anak–anak mereka yang juga sibuk mencari kehidupan dan tak memiliki cukup waktu untuk merawat para orang tua mereka sendiri.
Hingga harus menyerahkan tugas dan kewajiban ini kepada orang lain yang berasal dari seberang lautan.
Kepada dia, salah satu dari ribuan TKW yang merantau jauh dari kampung halaman.
Meninggalkan orang–orang yang dicintainya namun dengan menggenggam rindu membeku di dalam tiap–tiap hati mereka.
Dalam sebuah syair sederhana, dia pun menumpahkan rasa rindunya;
Membeku dalam Rindu
Kini ku terbiasa berteman dingin dan sepi.
Hampir lupa ramainya dunia.
Manula pikun tugasku kini.
Jauh dari tawa dan canda.
Berbulan lamanya tinggalkan mereka.
Gadisku kecil tak lagi balita.
Kutitipkan pada neneknya.
Yang belum pikun dan mau menerima.
Ayahnya entah pergi ke mana.
Memisahkan anak lelakiku denganku dan adiknya.
Tak lagi mau berupaya.
Sejahterakan kami seperti yang janji-janji di saat pertama
Pagi tadi kuterima kabar.
Gadis kecilku semalam sakit terkapar.
Demam tinggi bagai terbakar.
Badan yang mungil hebat bergetar.
Andaikan ku punya sayap.
Pastiku kan terbang dalam sekejap.
Menerobos awan, hujan dan gelap.
Tuk sekedar mampu mendekap.
Salahkah aku meninggalkannya?
Jika pilihannya hanya dua.
Pergi jauh mencari makan tuk mereka.
Atau mengais belas kasihnya Indonesia.
Di negeri sendiri kami kehilangan asa.
Kesempatan menipis waktu tersia-sia.
Menunggu peluang mendapatkan kerja.
Sedang perut kami tak bisa terus puasa.
Kupandangi manula pasienku.
Duduk di kursi roda diam membisu.
Kubisikkan padanya pintaku.
Walau kutahu dia tak paham bahasaku.
Nek, doakan aku agar kesempatan memihakku.
Agar kubisa segera membebaskan rinduku.
Membesarkan mandiri anak-anak dengan tanganku.
Sebelum aku tak berdaya sepertimu.
Nek, doakan aku agar bisa bersabar sepertimu.
Menanti anak-anakmu menjengukmu.
Sabarmu,sabarku…sabar seorang ibu.
Yang sama-sama menanti dekapan anak-anak penuh rindu.